Kamis, 15 April 2010

ujian terakhir : mengenai kesetiaan

kisah cinta sejati

Namaku Linda dan aku memiliki sebuah kisah cinta yang memberikanku sebuah pengajaran tentangnya. Ini bukanlah sebuah kisah cinta hebat dan mengagumkan seperti dalam novel-novel romantis, tetapi tetap bagiku ia adalah kisah yang jauh lebih mengagumkan dari semua novela tersebut.

Ini adalah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda Alhabsyi dan ibuku, Yasmine Ghauri. Mereka bertemu di sebuah majlis resepsi pernikahan dan kata ayahku dia jatuh cinta pada pandangan pertama ketika ibuku masuk ke dalam ruangan. Saat itu dia tahu, inilah wanita yang akan dikahwininya. Ia menjadi kenyataan dan mereka telah bernikah selama 40 tahun dengan tiga orang anak. Aku anak sulung, telah berkahwin dan memberikan mereka dua orang cucu. Ibu bapaku hidup bahagia dan selama bertahun-tahun telah menjadi ibu bapa yang sangat baik bagi kami, membimbing kami dengan penuh cinta kasih dan kebijaksanaan.

Aku teringat suatu hari ketika aku masih berusia belasan tahun. Beberapa jiran kami mengajak ibuku pergi ke pembukaan pasaraya yang menjual alat-alat keperluan rumah tangga. Mereka mengatakan hari pembukaan adalah waktu terbaik untuk berbelanja barang keperluan kerana barang sangat murah dengan kualiti yang berpatutan.

Tapi ibuku menolaknya kerana ayahku sebentar lagi akan pulang dari kerja. Kata ibuku,”Ibu tak akan pernah meninggalkan ayahmu sendirian”.

Perkara itu yang selalu ditegaskan oleh ibuku kepadaku. Apapun yang terjadi, sebagai seorang wanita, aku wajib bersikap baik terhadap suamiku dan selalu menemaninya dalam keadaan apapun, baik miskin, kaya, sihat mahupun sakit. Seorang wanita harus menjadi teman hidup suaminya. Banyak orang tertawa mendengar hal itu. Menurut mereka, itu hanyalah lafaz janji pernikahan, omongan kosong belaka. Tapi aku tetap mempercayai nasihat ibuku.

Sampai suatu hari, bertahun-tahun kemudian, kami sekeluarga mengalami berita duka. Setelah ulang tahun ibuku yang ke-59, ibuku terjatuh di kamar mandi dan menjadi lumpuh. Doktor mengatakan kalau saraf tulang belakang ibuku tidak berfungsi lagi, dia harus menghabiskan sisa hidupnya di pembaringan.

Ayahku, seorang lelaki yang masih sihat di usia tuanya. Tetapi dia tetap setia merawat ibuku, menyuapinya, bercerita segala hal dan membisikkan kata-kata cinta pada ibu. Ayahku tak pernah meninggalkannya. Selama bertahun-tahun, hampir setiap hari ayahku selalu menemaninya. Ayahku pernah mengilatkan kuku tangan ibuku, dan ketika ibuku bertanya ,”Untuk apa kau lakukan itu? Aku sudah sangat tua dan hodoh sekali”.

Ayahku menjawab, “Aku ingin kau tetap merasa cantik”.

Begitulah pekerjaan ayahku sehari-hari, merawat ibuku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Suatu hari ibu berkata padaku sambil tersenyum,”Kau tahu, Linda. Ayahmu tak akan pernah meninggalkan aku…kau tahu kenapa?”

Aku menggeleng, dan ibuku berkata, “Kerana aku tak pernah meninggalkannya…”

Itulah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda Alhabsyi dan Ibuku, Yasmine Ghauri, mereka memberikan kami anak-anaknya pelajaran tentang tanggungjawab, kesetiaan, rasa hormat, saling menghargai, kebersamaan, dan cinta kasih. Bukan dengan kata-kata, tapi mereka memberikan contoh dari kehidupannya

sumber:
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:_ppUEhM4S9sJ:cintadearhaniey.wordpress.com/2007/02/15/kisah-cinta-sejati/+kisah+cinta+sejati&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a

note:

pa'e,

engkau mengajari kami, tanpa sempat engkau berpesan dan berkata,
tapi aku tahu betapa dalamnya cinta yang kau tanamkan pada ibuk dan anak-anakmu, tidak untuk yang lain,

pa'e, jangan khawatir y,
kami tahu dan kami paham,
wanita diciptakan untuk pria,
dan kau jadikan kami,
bukan untuk menyakiti dan bukan pula untuk disakiti,
kami berjanji, akan mengisahkanmu,
pada anak dan cucu kami,
agar mereka tahu,
hidup tak sekedar nafsu,
tak sekedar harta yang membutakan mata,
dan tak sekedar kesenangan sementara

rasa takut dan rasa cinta kepada Allah
yang kau ajarkan,
akan melindasnya sebaga bentuk pengakuan,
bahwa kami anakmu,

doa yang akan jadi penerang, dan doa yang akan jadi bukti kecintaan kami kepadamu,pa'e..
peluk cinta dan sentuhan tanganmu yang terakhir,aku duduk disampingmu,pa'e..
laailahailllallah, aku membimbingmu untuk semua itu, dan engkau berusaha meski terbata,

kami bangga punya pa'e,kami bangga, sangat bangga,

anakmu,
kurniati pamungkas syamsuhadi


akhir memory, 27 Mei 2006, pukul 08.00,
engkau diambil pemilik segala cintamu
tepat di perjalanan RS Sardjito,
Innalilahi wainna ilaihi raji'un...

0 komentar: